Jumat, 02 Mei 2014

Pengemis Jalan Dadakan

Pengemis Jalan Dadakan

sering terinjak tapi kau seperti belukar
sering terlihat tapi kau seperti pandai bertipu muslihat
banyak duri-duri kecil yang akan menusuk
banyak duri-duri nakal  yang akan kita jejal

bau rupamu tak sebanding dengan ceritamu
yang katanya kau dimiliki dewa-dewa singgasana
dewa yang duduk di kursi jabatan
jabatan yang katanya banyak dinaungi setan

debu masih beterbangan--hingga kini--,
lubang-lubang besar masih menganga
kendaraan-kendaraan yang menunggangi kebahagiaan
berhamburan lalu lalang bagai setrika mondar-mandir

"sedekah, Bu" ucap pengemis dadakan yang menyiram jalan agar tidak Ngebul
sambil tertawa terbahak-bahak karena dapat uang lebih ke kantongnya
"kaya orang gila, jalanan koq disiram emangnya jalanan itu pohon hah?"
ungkap pengendara yang melintas

katanya iya; jalanan rusak adalah lahan keberkahan
dari pada memaksa meminta bertingkah seperti preman
daripada luntang-lantung gak dapat kerjaan
ucapnya lantang sambil memikul air siraman di tangan.

Pagi Akhir Pekan

Pagi Akhir Pekan

mentari sudah mulai beranjak naik ke perantauannya
sedangkan aku masih tiduran pada sepi hari
panas yang biasa aku rasakan tentang udara;
sudah menjadi hal yang sangat biasa

aku berangsur bangun dari tempat tidur
dengan mata yang masih ngantuk dan silau cahaya yang semakin terang
aku paksakan diri
ku ambil sehelai kain mandi

tiba-tiba aku ingat sebuah catatan-catatan kecil di komputer jinjingku
aku sendiri kaget kenapa aku sekarang sering menulis
biasanya hanya membaca
atau hanya sekadar ngopi ngopi di ruang tamu ketika pagi

atau mungkin kejenuhan; ya, mungkin kejenuhan yang membuat aku seperti ini
terlebih sudah lama aku tak memiliki kekasih yang aku harapkan
tawa kecil kulemparkan pada jemari yang seperti menari-nari tanpa kusuruh
seperti terhipnotis pada waktu dan waktu yang tak pernah bersatu dengan maksudku.

jari-jari kecilku; aku berterimakasih padamu; pada waktu yang telah menjadikanmuhebat
menjadikanmu seperti pahlawan-pahlawan bambu runcing
yang walaupun hanya memiliki andil kecil, namun kau bersama-sama menindak
dibanding jari telunjuk saja yang kau gerakan pada sebilah senjata yang kau sebut 'mos'

Sajak Sebatang Rokok

Sajak Sebatang Rokok

waktu hampir menenggelamkan malam
jam pun hampir menunjukan angka-angka angsa
di balik ingar bingarnya sepi
kutemukan sebatang rokok tergeletak di meja tempat biasa aku menulis

aku meliriknya
aku menatapnya dengan penuh sunyi
pada dinding sepi, aku bertanya
apakah dia kesepian, tanyaku

lalu aku ingat cerita buku-buku tanpa judul
yang aku baca tadi sore
tentang kesepian-kesepian dalam sebuah penantian
ya, barangkali seperti itu rokok yang tergeletak di meja tulisku

aku memegangnya, sambil aku mencium harumnya
harumnya masi segar, karena belum lama aku tinggalkan
pada malam yang lalu dia ditinggal sendiri
entah itu teman, sahabat, ataupun kekasihnya telah aku bakar

kuduga jika dia manusia sepertiku, dia menangis karena kesepian
atau kedinginan karena tubuhnya rindu dinyalakan pemantik
atau dia ingin temani lagi bersama teman yang baru
lalu, kuputuskan kubakar saja bersama lamunanku.



  


Seni Badud

Seni Badud 

Seni Badud - Menurut narasumber di lapangan, seni Badud sudah ada sejak awal abad ke-20. Pada mulanya seni ini dipertunjukan untuk upacara yang berkaitan dengan aktivitas pertanian sebagai ungkapan rasa syukur atas keberhasilan dalam mengolah ladang pertanian tanpa adanya gangguan hama, sehingga mendapat hasil panen yang melimpah.

Dalam sejarah pementasannya, Badud dipergunakan untuk mengiringi orang-orang yang membawa hasil panennya dari ladang ke perkampungan tempat mereka tinggal. Setiba di perkampungan, rombongan badud disambut oleh Ronggeng Doger, dan saat malamnya diadakan pertunjukan, hiburan mamarung (sejenis tarian sosial berpasangan), tarian yang dilakukan oleh penari perempuan. Dari segi pengambilan anggota untuk seni badud yaitu dengan sistem turun temurun (seni turunan).

Sejak adanya perubahan sistem tanam padi, dari sekali dalam setahun menjadi dua atau tiga kali dalam satu tahun, fungsi Badud tidak lagi dipentaskan untuk mengiringi arak-arakan memikul hasil panen ladang ke perkampungan, melainkan dipentaskan untuk acara hajatan masyarakat, seperti perkawinan, khitanan, dan peringatan kemerdekaan republik Indonesia.

Demikian juga halnya dengan penyajiannya yang banyak mengalami perubahan. Menurut narasumber, atas inisiatif pimpinan seni Badud, pertunjukan Badud mengalami perubahan sejak tahun 1980, yang awalnya hanya bentuk menyajikan unsur musikal saja (Dogdog dan Angklung), kini ditambah dengan unsur teatrikal, seperti adanya Kera, Anjing Hutan, Babi, Lutung, dan Harimau. Hal ini didasari agar seni Badud tetap diminati oleh masyarakat setempat dan masyrakat yang berada dekat dengan lingkungan tersebut.

Resah

Resah


aku pasrahkan ini pada takdir

garis takdir yang tak berpaling

jika ini pasti kujalani dengan senyuman walau terkadang memilukan

setiap resah kurasa begitu adanya

terkadang tampak indah walau di hati dengan sejuta tanya

apakah rasa cinta itu ada?

Apakah merindu ini pasti?

Sekali lagi kumengikut jalan takdir

untuk setapak kujalani dan selangkah kuawali..

Sejarah Mods


Sejarah Mods - kontradiksi kelas antara kaum bangsawan dan kaum buruh pada era 50'an membentuk sebuah komunitas. Ketika itu kelas pekerja ingin membentuk identitas diri dengan tampil jauh lebih "fesyen" dan tidak kalah trendy. Pakaian fhasionable. Maka terbentuklah sub kultur MODS. Kendaraan yang bisa mendekatkan dengan unsur fhasionable itu tidak lain adalah Scooter --Vespa dan Lambretta-- maka, ketika itu kaum mod'z Inggris mengendarai kendaraan rakitan Italia.,




secara etimologi mods berasal dari kata modernist atau modern --penuh makna-- Salah satunya, kultur yang tercipta di London Inggris(U.K) di era 50'an bersama vespa atau lambretta milik mereka. Pakaian sangat rapi juga Trendy dengan era disesaki music SKA. Mods kala itu banyak digemari kaum buruh atau social worker yang tak ingin terlihat ketinggalan fasionable. Gaya dan lifestyle-nya, tidak kalah dengan kaum menengah ke atas. Rela bekerja keras demi berpenampilan fhasionable.

Jika ditarik kesimpulan dari cerita ini

Kaum buruh yang tidak ingin kalah trendy dengan kaum bangsawan maka dibentuklah identitas dengan nama MODS dengan kendaraan vespa.

sekadar tambahan

Sejarah mods ini pernah di buat film di tahun 60/70'-an yang di beri judul

QUADROPHENIA.

---Hasil karya THE WHO BAND...

Tempat Aku Pulang

Tempat Aku Pulang

kupikir aku tengah berada di Pangandaran kembali,
datang dan tersenyum dengan orang-orang yang kucintai
tentang kesibukan-kesibukan nelayan yang mencari ikan
atau tentang panasnya udara yang semakin sesak oleh debu jalanan yang kian rusak

aku ingat kembali ketika jam-jam sore, ketika ibu menyapu halaman rumah
berbicara pada keluh kesah perbaikan jalan yang hanya sebatas wacana
sampai petang dan kumandang adzan magrib
memecah hening-hening malam yang masih muda

(aku sendiri tak terlintas untuk menulis catatan di kolom jejaring sosial ini)
aku pikir aku tengah berada di kampung halamanku (Pangandaran)
terbangun ketika sore dan mendengar lonceng tukang sate keliling
yang sering melintas di jalan depan rumah

atau burung-burung gereja yang terbang dan mematuki atap rumah yang terbuat dari bambu
dan bunyi anak tupai yang minta makan padanya ibu di pohon kelapa belakang rumah
tentang bising sahutan anak-anak kampung ketika gadis remaja melintas
pikiranku seolah menolak lupa pada ingatan-ingatan ini

Kampung halamanku (Pangandaran)----
aku yakin merindukanmu
cuaca yang panas di malam dan di siang hari
menjadi keluh kesah yang manis ketika diingat

aku (saat ini) tengah menyadarkan diri dari lamunan ketika menulis
sambil mendengar gemericik hujan sore dan hiruk pikuk kota Bandung
yang seperti menggoda pada kerinduan rumah sederhanaku dikampung halaman
aku rasa kerinduan ini semakin nyata, ketika aku sudah lama tak pulang

Pangandaran, tempat aku pulang melepas kerinduan-----

Petani Tua

Petani Tua

kau susuri langkah dengan menuntun sepeda tuamu
binar matamu menatap kegelisahan
pada waktu yang tengil tak kenal diskusi
kaki kecilmu melangkah renta pada panasnya sang surya

keringat lelah, perihkan luka
berharap bahagia lekas kan jumpa
kemarin hari kau masih kuat
tentang pengharapan-pengharapan di dinding hari

hari ini, hari ini engkau renta; renta pada langkah yang tak berdaya
ingatkah kau pernah menapaki hari kemarin; kemarin yang tak
pernah bisa terulang; walau seribu musim telah kau alami
duh, petani tua...

tentang sang surya; sang surya hanya sinis menyapa
seolah dia tak merestui langka-langkah rentamu
mengasihanimu namun tengil panasnya
panasnya membuat asamu membias pada udara

elegi dan lirihan hati semakin kau dapati
pada hari yang kau terka dan kau anggap bersaudara
nyatanya; nyatanya hanya bisa menghujanimu dengan duka
genderang-genderang murka di usiamu yang terlampau senja.

IBU

IBU

ada yang tak pernah lelah dengan ketulusan
ada yang tak pernah letih tentang keikhlasan
mengajarkan tentang banyak hal
mengajarkan tentang kasih sayang, tentang kejujuran tanpa meminta balasan

tak setetes pun keringat lelah kudapati dimukamu
tentang kelu; tentang uringan; tak ada, benar-benar tak ada
demi aku yang kau asuh sejak belum mengenal dunia
hingga aku terlahir; menatap dan segala kepahitan dan aral rintang dunia

waktu ke waktu tanpa kelu; kau ajarkan aku ribuan makna
serupa lautan surga yang ada dan nyata di dunia
maafkan, maafkanlah tentangku yang belum bisa berbakti sepenuh hati
yang mungkin takkan terbalas dan takkan pernah terbalas

---bakti setiaku untukmu, ibu.

Entahlah

Entahlah

tak ada sajak kerinduan malam ini
sebab ingatanku; adalah lamunan tentang sepi yang tengah meronta menjadi-jadi
sebuah rasa yang tak bisa kuduga, sebuah rasa yang mengharap apa itu entah, apa itu siapa
entah seperti apa; atau mungkin hanya pikiranku yang tengah bercampur dengan luka

keresahan tentang apa, pikiranku pun tak kuasa menjawabnya
atau mungkin sebuah rindu yang tersamarkan oleh rasa angkuh
rasa angkuh yang semakin menggila di kepala
ada yang benar, namun tak pernah dianggap benar

ada yang salah, kadang dianggap benar walau benar tak bisa dipaksa untuk menjadi salah
entahlah....
hidup memang tak bisa menentukan mana yang benar..atau yang benar yang kita 'iya' kan?
yang benar di mataNya kadang yang kita anggap salah
entahlah....

ada sajak yang katanya pengobat luka
ada sajak yang katanya penambah luka
ada sajak pemberi kebahagiaan
ada sajak pemberi penderitaan, entahlah...

mana ku tahu tentang kegelisahan dan keresahan orang-orang
menerka dan menebak-nebak keinginan hati sendiri saja kadang aku tak bisa
berbagi luka, mana mampu; apalagi dengan orang yang ku cinta
tentang cinta; apalah tentang cinta, menatap indahnya pun malam ini aku tak kuasa

sebuah rasa yang entah apa; ada keangkuhan tentang perasaan berdosa
ada keraguan tentang jawaban-jawaban tuhan, entahlah...
mana aku tahu, mana aku mampu
hanya satu jawaban pastiku, entahlah...

Cerita Pagi

                                                           Cerita Pagi


pagi; katanya--mereka yang baru menyadarkan diri dari tidur lelahnya setelah menonton bola
mata masih menolak hari ---seperti meminta dipejamkan kembali
pagi tadi--ketika mentari masih buta--gumaman iblis seperti tengah merasuki jiwa-jiwa kosong hati
penuh dengki, caci maki, dan ada juga yang hanya celoteh basa-basi

ada yang berkeluh tentang kekalahan judi tadi malam, habiskan uang beratus-ratus sampai bergonggong haus
ada yang tertawa terbahak-bahak karena tim yang dipegangnya menang
ada yang hanya memberi segaris senyum walau dalam hatinya ingin menertawakan
ada-ada saja rupanya kejadian tadi pagi.

sedangkan mereka; mereka yang hanya sekadar menyaksikan begitu tertohok pada orang-orang yang katanya goblok
menyarankan orang untuk memilih tapi mereka tidak memilih--judi dosa, judi tidak diajarkan dalam agama--katanya
kalau judi menurut mereka dilarang dosa dan dilarang agama--kenapa mereka menyarankannya
seperti ulama bodoh yang mengharamkan ketika kalah--membolehkan ketika menang

yang begitulah fenomena pada segaris pagi yang masih buta
mentari yang seolah masih malu menyapa
jiwa-jiwa durjana memaki dan menghina kekalahan sepak-bolanya
tertawa terbahak bagi mereka yang memenangkannya.

--tadi pagi...

Sajak Menolak Lupa

Sajak Menolak Lupa

Aku tahu, lupa itu penyakit usia.
bahkan yang muda pun sering merasa.
aku juga tahu, Setiap ingatan-ingatan kecil kadang sangat berharga.
sayang untuk dilewatkannya.

aku tahu, ingatan itu mahal.
menari-nari layak wanita pegoda yang binal.
dan aku tetap berkata,
menulis adalah cara terbaik untuk menolak lupa.

 

Copyright @ 2013 Ruang Imajinasi.