SUPER ADVENTURE 4
(sekapur sirih tentang tulisan penulis)
Artikel kegiatan otomotif ini merupakan ‘catatan harian’ seorang yang sedang belajar menulis tentang kegiatan yang sering diagendakan dan dilakukan penulis; baik itu agenda harian, mingguan, bulanan, bahkan tahunan, dalam bentuk tulisan tidak baku dan cenderung konvensional. Bila mana ada tulisan-tulisan/kalimat-kalimat yang keliru tentang keinformasian-nya atau EYD-nya, harap dimaklum (segaris senyum).
(selayang pandang Super Adventure di mata Penulis)
Menyoal Catatan otomotif, penulis beberapa hari lalu mengikuti kegiatan otomotif, kegiatan otomotif tersebut bernama Super Adventure (SA). SA merupakan acara yang diselenggarakan oleh salah satu klub Vespa terbesar di Indonesia, yaitu; VAC (Vespa Antique Club). Acara tiga-tahunan ini sudah terselenggara selama 4 kali, terhitung sejak tahun 2005, dan merupakan kali kedua penulis mengikuti setelah sebelumnya mengikuti acara ini tiga tahun ke yang lalu tepatnya pada tahun 2011 di acara Super Adventure-3 yang diselenggarakan di kaki Gunung, disekitaran Bandung. Seperti Super Adventure yang sudah dilaksanakan sebelumnya, Super Adventure-4 adalah kegiatan ber-vespa di alam terbuka (bukan jalan raya yang penulis maksud). Alam terbuka baik itu meliputi hutan-hutan belantara, jalan setapak kaki di pegunungan, jalan yang dipenuhi lumpur, ataupun jalan yang tak sewajarnya dilewati oleh kendaraan yang katanya bohai ini (segaris senyum). Super Adventure-4 dilaksanakan di daerah perbatasan antara Bandung dan Garut.
(isi)
Rute dari daerah Baleendah hingga kawah darajat, Garut, menjadi saksi bisu tentang hebatnya lebah besi Italia yang menerabas hutan belantara, baik track lumpur, ataupun jalan-jalan terjal disekitaran daerah tersebut. Acara Super Adventure-4 melibatkan lebih dari 350 motor Vespa dengan tahun produksi yang berbeda. Kesiapan Anggota VAC dan Simpatisan untuk mengikuti Super Adventure sudah terasa sejak beberapa pekan sebelum kegiatan ini dimulai. Seperti yang disampaikan oleh Tedy (Reg.089) yang penulis temui di tempat kerjanya, Tedy menuturkan; sebenarnya kegiatan Super Adventure-4 hanya dibatasi sampai 300 peserta saja, namun animo anggota maupun partisan untuk mengikuti kegiatan Super Adventure-4 yang begitu besar, akhirnya jajaran panitia kegiatan sedikit memberi kebijakan serta loyalitas kepada peserta yang “bersikukuh” untuk mengikuti, hingga pada akhirnya kegiatan ini melibatkan hampir 400-peserta dan diikuti oleh Peserta dari luar Jawa Barat juga; seperti Padang, Lampung, Jakarta, dan Banten. Sebuah angka fantastis dalam agenda “intern” yang dilakukan oleh Club otomotif roda dua.
Acara Super adventure Bergaris Start di sekitaran Ciparay Bandung (lupa lagi namanya). Start dimulai pada pukul 9-an pagi dengan pengawalan polisi daerah Ciparay. Sebelum menyusuri rute terjal non aspal, peserta SA menelusuri jalan raya yang berkelok dan menaik, disuguhi dengan panorama alam yang mengagumkan, baik itu bebukitan, ladang pertanian warga ataupun gunung-gunung, peserta begitu bersemangat (asumsi penulis). Adapun Rute jalan aspal yang ditempuh peserta SA-4 berjarak sekitar 5-km, sebuah jarak yang dekat namun memiliki kesan tersendiri bagi setiap pesertanya. Ada yang mengatakan “wah lamun turing siga kieu terus jigana urang dek unggap bulan ngilu turing” kalau ditransletkan kedalam bahasa Indonesia kira-kira seperti ini “wah, kalo tiap turing seperti ini terus kayanya saya mau ikut turing setiap bulannya”. Rupanya acara 3 tahunan ini memang memiliki kesan tersendiri bagi setiap peserta. Itu merupakan tanggapan yang sangat positif dari seorang perserta, dan merupakan sebuah prestasi/pencapaian tersendiri bagi panitia ataupun klub yang menyelenggarakan acara ini yaitu VAC. (lupakan sejenak tentang opini-opini yang dilontarkan oleh peserta, kita singgung lagi tentang rute SA-4) Setelah perserta menyusuri jalan aspal/ jalan raya, kemudian peserta dibelokan kearah jalan non aspal dan sedikit licin, sebab kontur tanah yang dilewati peserta SA tanah yang memiliki kandungan lumpur, jalan non aspal yang dilewati peserta SA mulai menanjak, dan mulai memasuki kawasan perkebunan dan hutan yang tidak terlalu jauh dengan pemukiman warga, namun setelah jalan yang sedikit menanjak itu, peserta mulai sdikit melihat kontur jalan sambil tertohok dan menghela napas yang dalam, sebab jalan yang akan dilewati peserta begitu “Extreem”.
Bagaimana tidak, sebuah jalan yang begitu terjal ini dilewati oleh motor yang memiliki ukuran ban yang sangat kecil, motor yang memiliki ukuran ban 16 saja begitu susah payah melewatinya, bahkan menurut pengakuan warga disekitaran daerah tersebut, jalan ini lazimmya digunakan untuk motor trail. Sebuah upaya yang cukup konyol yang dilakukan oleh kendaraan yang memiliki ukuran ban 10 dan 8. Namun, itu bukan suatu alasan yang harus dibesar-besarkan untuk menguji keberanian, justru disitulah maknawiyah dari sebuah kekompakan, kesolidan, keberanian, dan kebersamaan pengguna vespa. Peserta saling bahu membahu, dorong-mendorong di jalan yang terjal menanjak, ada yang terjatuh, ada yang tersungkur, (pembaca pun punya penilaian sendiri lah tentang pengalaman ini), begitupun dengan penulis, penulis pun ikut mendorong dan menarik vespa dengan tambang yang sengaja dibawa untuk antisipasi bilamana terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Lelah? lebih dari lelah yang peserta rasakan, lebih lelah dari touring yang menempuh jarak 500-KM (segaris senyum). Berbagai masalah pun terjadi pada kendaran yang digunakan oleh peserta; mulai dari ban bocor hingga jebolnya kopling. Namun insiden-insiden yang tidak diharapkan tersebut bukan suatu halangan ataupun hambatan yang berarti bagi peserta-nya, terlebih setiap anggota dan panitia saling bahu membahu. Setelah peserta melewati jalan bebatuan, berlumpur, dan menaik tadi, peserta kemudian mengambil istirahat di salah-satu “Super Mini Market” ditengah jalanan hutan tersebut. Begitu banyak lontaran, celoteh, ataupun “ke-frustasi-an” yang dialami oleh perserta, namun seperti yang sudah dibahas sebelumnya, itu tidak menyurutkan makna-wiyah yang dari sebuah kekompakan dari sebuah tim/peserta.
Begaris finish disebuah tempat parkir yang begitu luas, disekitaran pemandian air panas, peserta kembali mulai bersemangat melanjutkan perjalanan kegaris finish. Jika tadi peserta disuguhi jalanan yang terjal dan menanjak, kini peserta disuguhi jalanan yang menurun, seperti track-track sebelumnya jalanan yang menurun itupun licin perlu skill yang cukup mumpuni untuk melewati jalanan yang menurun tersebut; utamanya Rem, sih (segaris senyum). Penulis kurang begitu tahu tentang insiden-insiden di jalan menurun tersebut, sebab penulispun ingin segera menyelesaikan perjalan dan menuju garis finish dengan sedikit tergesa. “teu kuat leuleus tu’ur, Lur” (terbahak). Setelah melewati jalan menurun tersebut; akhirnya peserta dapat kembali melihat jalanan yang kembali ber-aspal. Sorak sorai dalam hati kecilnya masing-masing mengatakan “Alhamdulillah manggih jalan aspal oge”, sebuah upaya yang sangat melelahkan dari sebuah perjalanan dengan menggunakan kendaraan yang sangat seksi ini. jalan aspal yang menurun ini sedikit memudahkan peserta untuk menyelesaikan ke garis finish, sebab dalam perjalanan tadi, di track hutan, pererta banyak sekali yang mengalami insiden dan harus mendorong vespa-nya hingga ke garis finish. Berjarak sekitar 3-km dari hutan, jalan aspal tersebut merupakan/menghubungkan menuju garis finish, hingga pada akhirnya dengan begitu tertatih-tertatih, peserta menyelesaikan perjalanan hingga ke garis finis
Selasa, 27 Mei 2014
20.47
MR: EDITOR
Unknown
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation.
Related Posts
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar