Cerpen 'Dilema' (bersambung)
Orang bilang cinta pertama sulit dilupakan,bahkan, bila cinta itu harus putus di tengah jalan, kenangannya akan terus teringat.
fiuuuh.. Rudi menghembuskan napasnya kuat-kuat. dulu dia percaya sekali akan hal itu, namun sekarang?
Rudi menatap langit-langit kamar dengan penuh kosong. menghitung titik-titik hitam pada loteng yang sudah tua.
mencoba menyingkirkan pikiran kalang kabut yang menyesaki pikirannya. Namun, seraut wajah yang manis, Lisa namanya justru malah kuat menghujam ingatannya. Menari-nari di langit kamar. "Lisa".. rodi mendesah gundah. bagaimana bagaimana segala impian kita kinikurasa kian jauh? "Rud..sudah malam. katanya besok ada kuliah pagi. Kalau kau tidak pergi ke Bandung sekarang bisa-bisa kau akan kesana tengah malam."
suara Ika membangunkan Rudi. Rudi melirik jam di dinding kamarnya, pukul sembilan kurang lima, duuuh. sudah saatnya bergegas. Dirapihkan baju dan rambutnya sambil membawa jaket yang digantungkan dibalik pintu kamarnya.
"aku pulang dulu ya, Ka.terimakasih telah mengizinkanku seharian di sini"
Ika yang tengah memeriksa pekerjaan rumah murid-muridnya keluar dari balik meja. "Kau bisa kemarin kapan saja.Rumah ini terbuka lebar untukmu."
Rudi tersenyum kecil. Ditepuknya pundak Ika sambil menuju pintu. Hawa dingin Kota Bogor mulai dingin ketika keluar rumah, tepatnya di teras. Rudi merapatkan jaketnya kemudian semenit kemudian menyalakan motor tuanya dan langsung menuju ke Bandung dengan kecepatan tinggi. Mengejar waktu agar dia cukup untuk beristirahat besok.
Namun setelah berbaring di balik selimut, setelah perjalanan satu jam yang melelahkannya tidak membuat mengantuk dan tertidur. Sial!! mengumpat di dalam hati seraut wajah Lisa bermain di lamunannya, tapi kali ini tidak hanya Lisa yang ada di pikirannya. Ada sosok lain yang mengusik pikirannya kali ini. Sosok lembut yang menahan tangis lembut di balik matanya yang berkabut. "ini sudah takdirku. Anda tidak perlu merasa bersalah."
Kalimat itu sangat diucapkan sangat pelan. Suaranya yang halus bergetar. Tetapi sepasang matanya yang berkaca menyiratkan ketegaran. Ketegaran yang ingin melenyapkan Rudi ke dasar bumi.
Tuhan, aku tidak bisa menghilangkan peristiwa itu dari kepalaku.
Rudi bangkit dari kasur. Melangkah kakinya ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Sudah lama dia tidak menghadap-Nya dalam keheningan tengah malam.
---Bersambung
***
Sabtu, 03 Mei 2014
06.10
MR: EDITOR
Unknown
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation.
Related Posts
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar